Yang bisa anda lihat


Pilih saja

Serbaserbi Gagasan Kemandirian Layanan Kami


Monday, February 8, 2010

Dedikasi Sulistyo Pada Wayang Kulit Jawa


Wayang adalah salah satu icon bagi budaya Indonesia, khususnya Jawa. Bagi orang Jawa ada tiga jenis wayang yang masih lumayan diminati keberadaannya, yaitu wayang kulit(purwa, awal), wayang orang dan wayang thengul (wayang golek di Jawa Barat). Karena ada beberapa jenis wayang lain yang hanya dapat dilihat di museum.

Kali ini The Epoch Times Indonesia mengajak pembaca mengenal lebih dekat sebuah “Pondok Wayang” milik Sulistyo yang berlokasi di pojok timur Museum Sono Budoyo Yogyakarta. Alamat tepatnya Museum Negeri Sono Budoyo, Jl. Trikora No. 6 Jogjakarta, dekat dengan alo-alon utara. Sulistyo adalah salah satu dari banyak pondok wayang di Jogja. Ia dalam membuat wayang belajar sendiri sejak 1991. Awalnya diilhami setelah menonton wayang di Sitinggil Kraton Jogjakarta, yang dipentaskan semalam suntuk sebulan sekali. Dari kartu nama yang dipajang di dinding studionya, membuktikan dikenal oleh berbagai kalangan bahkan manca negara. Karena itu tak heran kalau ia fasih berbahasa Inggris. Sewaktu The Epoch Times Indonesia diterimanya, bersamaan ia juga sedang meneriman tamu dari Argentina.

Belajar membuat wayang ia mulai dengan memfoto-kopi gambar wayang dari bursa buku bekas menjadi seukuran standard wayang. Kemudian ia jadikan sebagai patron diatas lembaran kulit lembu. Lalu ia tatah dengan berbagai model tatah yang mempunyai pola. Proses pembuatan wayang sebenarnya sulit. Disini pembaca diajak melihat perjalanan bisnisnya saja. Orang asli Jogja ini awalnya mengambil dua orang ahli pembuat wayang tahun 1991. Pada masa jayanya, pekerjanya menjadi 20 orang. Pesanan wayang datang mengalir dari manca negara di seantero dunia. Kemudian hantaman budaya barat tak mampu dibendungnya, mengakibatkan bisnisnya menurun drastis. Tetapi lebih dari itu ia merasa sangat prihatin generasi muda juga semakin jauh dari budayanya sendiri. Ia dengan beberapa pembantunya dengan dedikasi tingginya, tetap bertahan. Hingga akhirnya bisa terpilih menjadi rekan semisi dengan museum Sono Budoyo. Karena itulah ia bisa menjadi bagian dari keberadaan museum itu.

Menurut pak Sarju, rekan kerjanya, yang bercerita sambil mengerjakan wayangnya, menatah sebuah wayang kulit bisa diselesaikan dalam 3-7 hari. Tergantung besar kecil wayang dan kerumitan coraknya. Harganya.? Paling kecil (biasanya wayang putri, dewi) Rp. 200.000,00; terbesar (gunungan, raksasa) bisa mencapai Rp. 2 juta. Ingin tahu wayang lebih banyak lagi? Kunjungi Museum Negeri Sono Budoyo. Selamat berlibur bersama keluarga tercinta.

0 comments:

Post a Comment

Search on this blog