Kali ini The Epoch Times Indonesia mengajak pembaca mengenal lebih dekat sebuah “Pondok Wayang” milik Sulistyo yang berlokasi di pojok timur Museum Sono Budoyo Yogyakarta. Alamat tepatnya Museum Negeri Sono Budoyo, Jl. Trikora No. 6 Jogjakarta, dekat dengan alo-alon utara. Sulistyo adalah salah satu dari banyak pondok wayang di Jogja. Ia dalam membuat wayang belajar sendiri sejak 1991. Awalnya diilhami setelah menonton wayang di Sitinggil Kraton
Belajar membuat wayang ia mulai dengan memfoto-kopi gambar wayang dari bursa buku bekas menjadi seukuran standard wayang. Kemudian ia jadikan sebagai patron diatas lembaran kulit lembu. Lalu ia tatah dengan berbagai model tatah yang mempunyai pola. Proses pembuatan wayang sebenarnya sulit. Disini pembaca diajak melihat perjalanan bisnisnya saja. Orang asli Jogja ini awalnya mengambil dua orang ahli pembuat wayang tahun 1991. Pada masa jayanya, pekerjanya menjadi 20 orang. Pesanan wayang datang mengalir dari manca negara di seantero dunia. Kemudian hantaman budaya barat tak mampu dibendungnya, mengakibatkan bisnisnya menurun drastis. Tetapi lebih dari itu ia merasa sangat prihatin generasi muda juga semakin jauh dari budayanya sendiri. Ia dengan beberapa pembantunya dengan dedikasi tingginya, tetap bertahan. Hingga akhirnya bisa terpilih menjadi rekan semisi dengan museum Sono Budoyo. Karena itulah ia bisa menjadi bagian dari keberadaan museum itu.
Menurut pak Sarju, rekan kerjanya, yang bercerita sambil mengerjakan wayangnya, menatah sebuah wayang kulit bisa diselesaikan dalam 3-7 hari. Tergantung besar kecil wayang dan kerumitan coraknya. Harganya.? Paling kecil (biasanya wayang putri, dewi) Rp. 200.000,00; terbesar (gunungan, raksasa) bisa mencapai Rp. 2 juta. Ingin tahu wayang lebih banyak lagi?
0 comments:
Post a Comment